Skip to main content

Pejabatnya Berintegritas Maka Rakyat Pun Sejahtera

W-Newspaper, YOGYAKARTA — Saat ini, banyak para penyelenggara negara yang dimasukkan KPK ke penjara — di mana menurut data sebanyak 370 pejabat negara yang dipenjara — karena kasus korupsi.
Rinciannya, sebanyak 122 orang anggota DPR dan DPRD, 25 menteri atau kepala lembaga, 4 duta besar, 7 komisioner, 17 gubernur, 51 bupati dan walikota, 130 pejabat eselon I sampai eselon III, serta 14 hakim.
“Hal itu menunjukkan lemahnya integritas mereka,” kata Afnan Hadikusumo dalam acara “Sosialisasi Pancasila, UUD 45, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika” yang diselenggarakan atas kerjasama MPR RI dengan Lembaga Hukum dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY di Kantor Perwakilan DPD RI Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (10/6/2017).
Menurut anggota MPR RI, M. Afnan Hadikusumo, integritas adalah sifat atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh. “Sehingga memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran,” kata Afnan yang menambahkan adapun etika dipahami sebagai hal yang baik dan buruk atau hak dan kewajiban mengenai moral dan ahlak.
Dikatakan Afnan, apabila keduanya digabung dan ditempatkan di dalam sanubari, maka dapat mencetak perilaku setiap individu untuk selalu beretika baik serta berintegritas tinggi di dalam maupun di luar lingkungan organisasi.
“Nilai etika harus dituangkan ke dalam berbagai aturan atau standar perilaku,” papar Afnan. “Nilai etika bukan sekadar bermanfaat untuk membentuk perilaku pejabat sehari-hari, namun juga membimbing mereka ketika melakukan proses pengambilan keputusan.”
Bagi Afnan, jika nilai etika dapat ditegakkan secara konsisten dan konsekuen, maka fondasi good governance  di dalam organisasi akan semakin berdiri kokoh.
Ditambahkannya, Pancasila sebagai falsafah hidup setiap warga negara Indonesia harus bisa diserap dan menguatkan integritas setiap penyelenggara negara. “Intinya adalah para penyelenggara negara harus bisa menjadi panutan dan teladan bagi warga negara di negeri ini dengan dasar Pancasila sebagai falsafah hidupnya,” ungkap Afnan Hadikusumo.
Sementara itu, Bachtiar Dwi Kurniawan, Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), mengatakan, contoh buruk kudeta kepemimpinan DPD RI yang dipertontonkan baru-baru ini menunjukkan bahwa perilaku politik Machiaveli mematikan demokrasi.
Menurut Machiavelli, negara tanpa kekuasaan merupakan sesuatu yang tidak masuk akal. “Negara yang ada demi dirinya sendiri membutuhkan kekuasaan yang mutlak. Pada akhirnya, Machiavelli tidak mengakui adanya hukum karena menurutnya hukum hanya akan memperburuk situasi dan kondisi negara,” tandas Bachtiar Dwi Kurniawan.
Itulah sebabnya yang diajarkan Machiavelli adalah cara-cara binatang (kiasan kekuasaan) dalam pemerintahan negara, mengingat cara-cara manusia yang beradab (hukum) tidak memadai. Dengan kekuasaan, seperti diungkapkan Bachtiar, negara dapat melakukan apa saja tanpa dapat dibatasi oleh pertimbangan apa pun.
“Dan demi negara, kekuasaan harus mengenyampingkan segala bentuk pertimbangan, apakah itu dibenarkan secara hukum atau tidak, santun atau kejam?” kata Bachtiar.
Lebih lanjut dikatakan Bachtiar, agar negara tetap eksis maka penguasa berkewajiban mempertahankan dan memperkuat kekuasaannya. Menurut Machiavelli, hal itu paling mudah dilakukan, agar kekuasaannya aman, sang penguasa harus menumpas habis penguasa dan keluarganya yang pernah berkuasa di tempat bersangkutan.
Dikatakan Bachtiar, perilaku politik semacam inilah yang pada akhirnya menimbulkan ketidakadilan dan kemudian bermuara pada konflik dan kekacauan, baik konflik bersifat vertikal maupun horizontal.
Sementara itu, Saleh Chan, anggota Lembaga Ombudsmen Daerah DIY, dalam kesempatan yang sama mengatakan, persatuan dan kesatuan bangsa jangan sampai dikalahkan dengan upaya sekelompok orang yang bermaksud untuk mencabik-cabik kerukunan ini dari dalam.
“Pencegatan kelompok tertentu di bandara Manado atau di Bandara Pontianak merupakan contoh buruk dari pelanggaran atas semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang selama disampaikan oleh para pendiri negeri ini,” pungkas  Saleh Chan. (Affan)

Comments

Popular posts from this blog

Kapolda Jambi Ajak Warga Hindari Berita Hoax

Laporan Raden Soehoer Sumber : Infojambi.com WN-Jambi : Saat ini berita hoax makin menjadi-jadi, apalagi di media sosial. Kapolda Jambi, Brigjen Pol Muchlis AS, saat kunjungan kerja (kunker) ke Polres Batanghari, Rabu (7/3/2018) mengharapkan seluruh warga Jambi dan Batanghari menghindari berita hoax atau pemberitaan yang menyebarkan kebohongan, menyampaikan pesan pesan ujaran kebencian, termasuk provokasi yang menyebabkan masyarakat jadi berkotak-kotak atau berpecah belah. “Agar selalu kondusif, mulai saat ini hindari berita hoax dan sejenisnya,” kata Kapolda. Brigjen Pol Muchlis AS Orang nomor satu di Kepolisian Daerah Jambi ini merupakan putra Batanghari. Dia juga menyampaikan pesan khusus untuk masyarakat Kabupaten Batanghari, agar selalu menjaga situasi yang sudah kondusif dan menjaga kebhinekaan. “Untuk masyarakat Kabupaten Batanghari, saya berpesan agar menjaga situasi yang sudah kondusif. Menjaga nilai-nilai kebersamaan dan kebhinekaan dan saling menghorm

Kelahiran TNI Mulanya Tidak Direstui

Pelantikan Jendral Soedirman dilakukan oleh Presiden Soekarno [Foto/Perpustakaan Nasional] Pemerintah RI setelah proklamasi lebih mengedepankan jalur diplomasi ketimbang membentuk angkatan perang. BKR bermunculan di berbagai daerah atas inisiatif kaum muda dan menjadi cikal-bakal TNI. Usulan agar dibentuknya angkatan perang RI sempat ditolak. Hingga lahirlah BKR yang pada akhirnya nanti beralih-rupa menjadi TNI. WN - Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945 itu tidak hanya memberikan kebahagiaan, namun sekaligus kewaspadaan. Jepang masih menjadi ancaman meski sudah kalah perang. Bisa saja terjadi bentrokan sebelum pasukan Sekutu tiba untuk melucuti senjata mereka. Selain itu, Sekutu juga perlu diwaspadai. Situasi genting ini memunculkan silang pendapat antara kaum muda dengan golongan tua. Para pemuda menginginkan agar Indonesia secepatnya membentuk angkatan perang, setidaknya untuk membela diri jika terjadi hal-hal di luar perkiraan. Apalagi, di berbaga

Presiden Joko Widodo : Tidak Ada Ruang Bagi PKI

JAKARTA- Presiden Joko Widodo  menegaskan agar sejarah kelam kekejaman PKI terulang lagi. Demikian disampaikannya saat menghadiri peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur,  (1/10). Bagi Jokowi, Hari Kesaktian Pancasila ini memiliki empat makna. "Yang pertama, jangan sampai sejarah kelam, kekejaman PKI, itu terulang lagi," Tegas Jokowi usai menghadiri upacara di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur,(1/10). Selanjutnya, Hari Kesaktian Pancasila harus dimaknai agar bangsa Indoensia tetap berpegang teguh pada Pancasila dan menjaga persatuan kesatuan. Sehingga, tak ada ruang bagi ideologi-ideologi lain yang bertentangan dengan Pancasila di Tanah Air. "Apalagi memberi ruang kepada PKI. Tidak," tegasnya. Makna ketiga yakni menegaskan posisi pemerintah yang berpegang teguh terhadap TAP MPRS Nomor 25 tahun 66. Di mana dengan jelas dilarang adanya PKI. "Artinya apa? Komitmen kita, komitmen sa